10 Oktober 2024
Penyalaan Lampu Lampion Tahun Baru Imlek Tahun 2574/2023 di Vihara Cetiya Vidya Sagara Meral Kota.

* Ini Sejarah dan Maknanya Lampion Imlek

KARIMUN (U&A.com) – Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kabupaten Karimun Provinsi Kepri Hendrick Ho mengatakan pemasangan lampion atau lentara khas China yang identik dengan setiap Perayaan Tahun Baru Imlek memiliki nilai sejarah serta mengandung makna filosofis yang dipercaya oleh warga Tionghoa.

“Dari sisi sejarahnya merupakan tradisi di China sudah beribu-ribu tahun. Awalnya, semacam lampu penerangan, kemudian supaya tidak mati karena angin mereka tutup di sampingnya, itu dari sisi sejarahnya,” ujarnya kepada Haluan Kepri, Sabtu (07/01/2023), saat mendampingi Bupati karimun Dr H Aunur Rafiq S. Sos M.Si meresmikan Penyalaan Lampu Lampion Tahun Baru Imlek Tahun 2574/2023 di Vihara Cetiya Vidya Sagara Meral Kota.

Hendrick Ho menjelaskan Perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan pemasangan lampion warna merah di sejumlah tempat, di antaranya tempat ibadah, kawasan pecinan, pinggir jalan, dan area publik lainnya.

Rasanya mungkin tidak akan lengkap jika Imlek dirayakan tanpa semarak lampion tersebut. Warga Tionghoa juga banyak yang berburu lampion untuk dipasang di rumah masing-masing,” jelasnya.

Ia mengatakan, lampion mulanya adalah alat penerangan masyarakat China sejak ribuan tahun yang lalu. Tepatnya, pada masa Dinasti Han Barat yang memimpin pada periode 206 Sebelum Masehi hingga 9 Masehi, serta Dinasti Han Timur periode 25–220 Masehi.

Alat penerangan tersebut kemudian diberi pelindung dari kertas di seluruh sisinya agar tidak mudah mati tertiup angin.

Penyalaan Lampu Lampion Tahun Baru Imlek Tahun 2574/2023 di Vihara Cetiya Vidya Sagara Meral Kota.
Penyalaan Lampu Lampion Tahun Baru Imlek Tahun 2574/2023 di Vihara Cetiya Vidya Sagara Meral Kota.
Bupati Karimun Dr H Aunur Rafiq bersama Tokoh masyarakat Tionghoa Meral yang juga Anggota DPRD Kabupaten Karimun Herman Akham
Bupati Karimun Dr H Aunur Rafiq bersama Tokoh masyarakat Tionghoa Meral yang juga Anggota DPRD Kabupaten Karimun Herman Akham

Dalam perjalanannya, lanjut Hendrick, lampion diadopsi para biksu. Para pemuka agama tersebut menjadikan lampion sebagai bagian dari tradisi kegiatan keagamaan. “Kemudian lampion berkembang di China dan diadopsi oleh para biksu menjadi bagian dari tradisi keagamaan,” imbuhnya.

Dalam sambutannya, Ketua PSMTI Karimun Hendrick Ho menjelaskan, tradisi memasang lampion oleh etnis Tionghoa merupakan sebuah pengharapan di awal tahun baru bangsa Tiongkok.

“Pemasangan lampion merupakan suatu pengharapan oleh orang Tionghoa agar di tahun tersebut kita mendapatkan kebahagiaan serta kesuksesan,” ujarnya.

Tradisi menyalakan lampion tersebut akan dilaksanakan dari hari pertama Imlek hingga 15 hari kedepan. “Untuk hari ini kita ada 2 agenda yaitu, peresmian penyalaan lampion serta pembubuhan tanda tangan oleh Bupati Karimun di Kepala Baronsai yang telah ikut di Porprov Kepri dan mendapatkan medali emas,” ucapnya.

Senada dengan Hendrick Ho, Tokoh masyarakat Tionghoa Meral yang juga Anggota DPRD Kabupaten Karimun Herman Akham mengatakan awal mula kemunculan lampion adalah pada era Dinasti Han Barat dan Dinasti Han Timur.

Saat itu, lampion digunakan untuk ritual penyembahan ke Taiyi Shen. Namun, dalam perkembangannya lampion juga digunakan untuk ritual agama Buddha.

Ia mengatakan, lampion identik dengan Imlek, lantaran puncak perayaan Imlek adalah Yuan Xiao Jie, atau festival lampion dalam Bahasa Indonesia. Yuan Xiao Jie jatuh pada tanggal 15 penanggalan lunar, yang bertepatan dengan Cap Go Meh.

“Imlek identik dengan lampion karena perayaan Imlek dirayakan dengan puncaknya yaitu Yuan Xiao Jie atau dalam Bahasa Indonesia kita sebut sebagai festival lampion,” terangnya.

Apa makna lampion Imlek?
Mengutip Chinese New Year, lampion-lampion yang dinyalakan pada perayaan Imlek juga dimaknai sebagai Festival Musim Semi.

Hal ini karena Imlek jatuh bersamaan dengan dimulainya musim. Lampion kebanyakan memiliki warna merah dan bentuk oval.
Namun, ada juga lampion dengan berbagai bentuk dan warna yang lainnya.

Masing-masing bentuk dan warna itu memiliki makna yang berbeda. Hanya saja, secara umum makna lampion adalah untuk menyimbolkan harapan dan masa depan yang lebih cerah.

Khusus untuk lampion berwarna merah, masyarakat Tionghoa mempercayai warna itu sebagai simbol kesejahteraan, ketenaran, dan kemakmuran.

Tak hanya saat Imlek, lampion dengan warna ini juga banyak digunakan untuk merayakan momen-momen kebahagiaan. Misalnya, pada upacara pernikahan, pembukaan usaha, pertemuan keluarga, juga beragam festival lainnya. (hj)

Share.